Pilkada Tuban Dan Bojonegoro Ngeri Ngeri Sedap Adanya

Opini508 Dilihat

Bojonegoro,Terasbojonegoro.com – Ada apa dengan Pilkada 2024 Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Calon kuat petahana bojonegoro yang seharusnya mulus untuk bisa maju kembali mencalonkan diri di periode kedua di kabupaten Bojonegoro, akhirnya harus tumbang sebelum berperang.

Sementara di Kabupaten Tuban terjadi sebaliknya, calon petahana mampu melenggang mulus mencalonkan kembali untuk periode kedua. Berikut pengamatan penulis

Di Kabupaten Bojonegoro tidak bisa terlepas dari campur tangan politik dinasti pratikto (mensesneg), bisa terlihat dari usaha mereka mematikan bupati petahana untuk kembali mencalonkan diri di Pilkada Bojonegoro 2024.

Bupati petahana itu bernama Anna Muawanah, seorang politisi dari (PKB) Partai Kebangkitan Bangsa. Dia adalah bupati bojonegoro periode 2018 hingga 2023, seorang pemimpin yang cukup sukses dalam memimpin daerahnya.

Sebelum terpilih sebagai bupati, Ana Muawanah sukses terpilih sebagai anggota DPR RI dari dapil bojonegoro dan tuban, dari tahun 2004 hingga 2018.

Makanya, sebenarnya Anna Muawanah adalah calon bupati terkuat Pilkada 2024 di bojonegoro. Tapi sayangnya seperti di beberapa daerah lain, calon yang di sokong atau ada kaitanya dengan Pusaran pusat, umumnya sukses memborong sejumlah partai politik guna mematikan para calon kuat. Kejadian di Bojonegoro tidak jauh berbeda yang ada di Kabupaten Tegal misalnya.

Setyo Wahono dengan dukungan lobi politik dari pusat dari kakaknya (Pratikto), dia berhasil memborong partai polotik dan bahkan berhasil mengambil dukungan dari PKB partai dengan perolehan suara terbanyak di Kabupaten Bojonegoro, Partai dari Anna Muawanah yang menguasai dari seperempat (25℅ suara) dengan 13 Kursi di DPRD Kabupaten Bojonegoro.. Tapi nyatanya, walaupun PKB sukses besar di pemilihan legislatif, nyatanya PKB tetap harus tunduk dari keinginan PKB Pusat yang mau menjaga posisi mereka yang tetap berada di barisan koalisi KIMPlus. Makanya tidak heran kalau suara PKB berhasil di curi dari Ana Muawanah.

Beruntungnya warga Bojonegoro, putusan mahkamah konstitusi membuka jalan (PDIP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melakukan perlawanan untuk memberi warga bojonegoro pilihan, mereka yang semula di tinggal sendirian dan di kucilkam, akhirnya bisa maju mengajukan calon sendiri. Buat melawan dari adik Pratikto, PDI Perjuangan mengusung Teguh Hariono, salah seorang kadernya.

Disamping seorang insiyur, teguh hariono juga asli kelahiran Bojonegoro. Teguh besar di Bojonegoro hingga lulus SMA, kemudian merantau di Bandung untuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Teguh nerumur 61 tahun lahir di desa sidorejo kecamatan kedungadem kabupaten Bojonegoro. Teguh Hariono berpasangan dengan Farida Hidayati, seorang kader PKB dan Nahdatul Ulama. Farida juga anggota DPR RI Periode 2019 – 2024, dia juga ketua Bapilu (Badan Pemenangan Pemilu) DPC Kabupaten Bojonegoro.

Jadi praktis di ajang Pilkada 2024 Bojonegoro , PKB sebagai partai terbesar di Bojonegoro akhirnya tetap bisa mengajukan kadernya, meskipun lewat bantuan PDI Perjuangan.

Bagaimana dengan di Kabupaten Tuban

Tidak jauh berbeda dengan Bojonegoro, pilkada 2024 di kabupaten Tuban juga tidak bisa terlepas dari campur tangan KIMPlus. Suara partai partai besar yang lolos senayan dan yang tergabung dalam koalisi KIMPlus ramai ramai memberikan dukunganya kepada calon petahana Aditya Halindra Faridzky terkecuali Partai Nasdem.

Partai Nasdem yang di tinggal sendirian dan seakan di kucilkan, lagi lagi di bukakan jalan dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi. Pilkada yang berpotensi melawan kotak kosong (bumbung kosong), akhirnya partai Nasdem mampu melakukan perlawanan dengan mengusung calon sendiri dengan dukungan partai non parlemen

Sosok yang mampu memberikan warna dalam pilkada 2024 dan sekaligus memberikan pilihan kepada masyarakat tuban itu tidak lain adalah Riyadi, politisi Partai Nasdem yang juga pernah menjadi wakil bupati petahana masa jabatan 2021 – 2024.

Pria asal Rengel ini, menggandeng salah satu tokoh agama muda yakni Wafi Abdul Rosyid yang merupakan putra dari seorang tokoh agama di Tuban yang sangat berpengaruh.

Kini pilihan ada di tangan masyarakat kabupaten bojonegoro dan masyarakat kabupaten tuban untuk memilih para calon pemimpinya. Apakah nanti yang terpilih adalah calon yang mendapat sokongan dan ada campur tangan pusat atau sebaliknya. Siapapun calon yang terpilih atau mendapatkan perolehan suara terbanyak, sepantasnya kita semua memberikan dukungan. Walaupun ngeri ngeri sedap adanya, yang terpenting menurut penulis adalah penyelenggaraan pilkada harus terlaksana dengan sehat, adil dan bermartabat.(Red).
Oleh : Hendri Prayitno

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *