Ponorogo,Terasbojonegoro.com – Lawan
utama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ponorogo sekarang ini adalah Aedes aegypti. Gigitan jenis nyamuk kosmopolitan itu yang mengakibatkan penularan demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya.
’Tak henti-henti kami mensosialisasikan pentingnya PSN (pemberantasan sarang nyamuk), selain melakukan berbagai upaya dalam mengendalikan kasus kesakitan akibat DBD dan chikungunya,’’ ucap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) di Dinas Kesehatan Ponorogo Anik Setyarini, Senin (29/4/2024).
Pihaknya kini juga getol melaksanakan pendekatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J). Tidak hanya di pemukiman, GIRIJ juga berlaku di lingkungan sekolah. Adanya temuan dari juru pemantau jentik (jumantik) bakal disikapi dengan larvasida berupa menaburkan bubuk untuk memberantas jentik nyamuk.
‘’Fogging (pengasapan) sebenarnya merupakan langkah terakhir,’’ imbuhnya.
Menurut Anik Setyarini, rapid diagnostic test (RDT) sengaja diterapkan jika muncul temuan penderita dengan keluhan gejala DBD dan chikungunya. Bersamaan itu, fogging dilakukan dalam radius tertentu dari rumah penderita.
‘’Program pencegahan dan pengendalian DBD dan chikungunya lebih mengarah pada upaya memutus rantai penularan sehingga dapat mencegah jumlah kesakitan, kematian, dan menekan penyebaran kasus,’’ tandasnya.
Anik menegaskan bahwa upaya pencegahan DB paling efektif adalah menggunakan metode pemberantasan sarang nyamuk. Dinkes selalu berusaha menemukan kasus secara dini melalui pelaporan cepat dan menindaklanjutinya dengan tata laksana yang tepat. Yakni, pemutusan mata rantai penularan antara manusia-nyamuk-manusia.
‘’Mulai memberantas sarang nyamuk, membunuh nyamuk dewasa, mengetahui faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya penyakit, serta melakukan intervensi,’’ bebernya,(red/Kun).