Jombang,Terasbojonegoro.com – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengusulkan ke Lembaga Pembeayaan Eksport Indonesia (LPEI) Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang menjadi Desa Devisa.
Selama ini desa tersebut terkenal sebagai desa penghasil manik-manik berbahan dasar limbah beling. Tidak main-main, selain diminati pasar domestik, manik-manik buatan desa tersebut juga telah mampu menembus pasar di negara-negara Benua Asia, Afrika dan Eropa.
“Desa ini punya keunikan dan sangat otentik. Produk yang dihasilkan terbukti diminati pasar Asia dan Eropa sehingga sangat memenuhi syarat menjadi Desa Devisa yang tengah kita usulkan,” ujar Khofifah di Jombang, Sabtu (12/2/2021)
Sebagai informasi, di Desa Plumbon Gambang terdapat 125 unit pengusaha manik manik, dengan pekerja 1.200 orang yang berasal dari masyarakat sekitar baik Perempuan maupun laki-laki. (wk/red)
Sebelumnya, Gubernur Khofifah telah meninjau dua lokasi desa devisa yakni Sentra Batik Tenun Gedog Tuban serta Sentra kain dan sarung Tenun Wedani Gresik.
Sebagai informasi, Desa Devisa sendiri merupakan program pendampingan yang digagas Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas (community development).
Program Desa Devisa memberi kesempatan bagi wilayah yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor untuk mengembangkan potensi secara ekonomi, sosial dan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakatnya.
Khofifah mengatakan Dengan beberapa kriteria yang dijadikan asesmen oleh LPEI, kampung Manik-Manik di Jombang ini telah memenuhi keseluruhannya.
“Yang pertama adalah produk milik sendiri bukan karya orang lain yang diperjual belikan ditempatnya. Lalu punya keunikan, punya pasar ekspor, dilakukan oleh banyak orang di satu desa didukung kelembagaan kelompok. Saya rasa ini sudah memenuhi kriteria itu,” ucap Khofifah.
Usai melihat secara langsung mulai dari proses pembuatan hingga penjualan di toko yang ada ditempat yang sama, Khofifah optimistis Desa Plumbon Gambang bisa menjadi desa devisa.
“Kita memang harus hunting untuk menemukan desa-desa mana di Jatim yang potensial dijadikan desa devisa. Kami turun dan melakukan asesmen sendiri, tapi tentu saja yang menentukan tetap LPEI,” ungkapnya.
Lanjut Khofifah. jika LPEI memberikan kuota kepada Jatim sebanyak 15 desa untuk dijadikan desa devisa pada tahun 2022 ini.
Khofifah bersyukur atas besarnya kuota yang diberikan tersebut karena bisa menjadi pendongkrak kesejahteraan masyarakat desa. Tetapi saat ini yang telah siap ada 20 desa. Kita akan mengajukan semua.
“Karena kalau ini jadi desa devisa, akan dibantu desainernya, dibantu pembiayaannya dan dibantu akses pasarnya. Jika sudah masuk katalog LPEI saya berharap bisa mempercepat pengembangannya,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu perajin, Wartiah mengungkapkan bahwa sebelum pandemi Covid-19 melanda, tak kurang dari 10 negara di Asia dan Eropa menjadi pelanggan tetap manik-manik yang diproduksi para perajin.
Selain pasar luar negeri, manik-manik dari Desa Plumbon, Gambang, juga sangat diminati di dalam negeri. Provinsi Bali, NTT dan beberapa provinsi di Kalimantan, menjadi pasar tetap produk manik-manik asal desa tersebut.
“Meskipun ekspor ke luar negeri semenjak pandemi memang menurun, tapi disini kami sudah pernah ekspor hingga Madrid,” ungkapnya.
Terkait diusulkannya Desa Plumbon Gambang sebagai Desa Devisa, Wartiah mengatakan jika dirinya sangat bersyukur dan berterima kasih atas perhatian Gubernur Khofifah yang menjadikan usahanya bersama warga desa Plumbon Gambang Jombang bisa lebih maju.
“Terima kasih ibu Gubernur, semoga kami semua pengrajin manik-manik bisa menerima dampak baik dan berharap dengan sangat bisa menjadi salah satu dari 15 desa devisa,” pungkasnya.(ek/red)